Kakao Musi Rawas
Neurotransmiter yang memberi efek positif pada perasaan , mempertajam rasa awas, feeling happy and satisfied, improve our mood, pekat, nikmat dan memanjakan setidaknya demikianlah sensasi cita rasa Dr.Flo coklat olahan dari Desa Bamasco Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas.
Tekad seorang petani Kakao asal Desa Bamasco bernama Yohanes ini untuk mengembangkan kakao di daerah kawasan yang dikenal berbudaya tanaman karet dan mereplanting tanaman karet tua menjadi tanaman kakao mulai terwujud menjadi produk olahan yang menghasilkan cita rasa yang tidak kalah bahkan dengan brand terkenal sekalipun. Cita rasa inipun telah dinikmati oleh para petinggi Kabupaten Musi Rawas dan Gubernur Sumatera Selatan.
Awal tahun 2014 Yohanes mulai mengembangkan beberapa klon kakao unggul di Musi Rawas diantaranya adalah MCC 01, MCC 02, Sulawesi 1, Sulawesi 2, BL 250 dan klon lainnya. Dari pengalaman ini telah diketahui Yohanes klon paling sesuai dengan agroklimat dan tahan hama penyakit di Desa Bamasco serta banyak dikembangkan Yohanes adalah klon MCC 02. Langkah Yohanes untuk mensosialisasikan kakao ke masyarakat dengan membentuk kelompok tani kakao yang saat ini beranggotakan 100 orang mulai diyakini masyarakat dan pada saat ini dengan pola swadaya, kelompok mulai melakukan pengembangan perbenihan
dengan metode grafting. Disamping itu Pengembangan kakao di kelompok Yohanes juga dilakukan secara orgnik dengan memproduki pupuk organik secara mandiri dengan fasilitas terbatas.
Produksi kakao di kelompok ini berada pada kisaran 300 – 1.000 per bulan biji kering yang selanjutnya dilakukan pengolahan produk secara fermentasi dan pengeringan memggunakan solar dryer sampai produk akhir yang diberi brand Dr.Flo. Pada saat ini sedang dilakukan proses perizinan dan standarisasi mutu.
Berpijak dari upaya Yohanes memperkenalkan kakao di Deaa Bamasco Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas, setidaknya patut menjadi sumber inovasi bagi para stakeholder dan ditindaklanjuti untuk dilakukan kajian baik kelayakan secara teknis maupun kelayakan secara ekonomisterkait pemgembangan kakao. Terlebih lagi saat ini mulai muncul animo masyarakat untuk mencari pengganti komoditi karet seperti munculnya kelompok yang ingin menjadi mitra perusahaan inti kelapa sawit. Kajian teknis dimaksud dapat melibatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan dari sisi kelayakan pengembangan kakao soecara monoculture ataupun diversifikasi dengan tanaman karet dengn pola jarak tanam
tertentu.