Aren – Potensi Terpendam Ogan Ilir

Aren merupakan salah satu komoditi perkebunan yang belum begitu menarik bagi petani untuk dibudidayakan di Provinsi Sumatera Selatan. Para petani perkebunan lebih familiar dengan tanaman karet, kelapa sawit, kopi di dataran tinggi dan kelapa di wilayah pasang surut Banyuasin . Memperhatikan kondisi budidaya tanaman aren di beberapa daerah sentra produksi Sumatera Selatan, budidaya tanaman aren masih sangat tradisional dan tumbuh berdampingan dengan komoditi lain dengan populasi yang dimiliki oleh petani cukup beragam dan terpencar di beberapa lokasi perkebunan.

Berbeda dengan petani bernama Zulfikar dari Desa Tanjung Sejaro Kabupaten Ogan Ilir. Zulfikar memutuskan untuk mengembangkan perkebunan aren secara monoculture  walaupun sering berbeda pandangan dengan pekebun lainnya yang cenderung memilih tanaman kelapa sawit ataupun tanaman karet.

Keputusan Zulfikar mengembangkan aren berbekal perhitungan sederhana bahwa produksi Nira per mayang per hari rata-rata 10 liter atau setara 1,2 kg gula aren. Dengan asumsi harga gula Rp 10.000 per kilogram, maka satu mayang aren menghasilkan Rp 12.000 per hari dan jika populasi tanaman per hektar adalah 150 batang dengan jarak tanam 8 x 8 maka potensi penerimaan dari 150 pohon produktif adalah 1.800.000 per hari.

Berbekal asumsi demikianlah Zulfikar tanpa ragu mengembangkan aren sejumlah 5.000 batang dengan komposisi tanaman umur 6 tahun sejumlah 2.500 batang dan 2.500 batang berumur 3 tahun.

Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan yang diwakili oleh Kepala Bidang Produksi Ir. Benyamin, M.Si dan Kepala Bidang Perkebunan Kabupaten Ogan Ilir Ir. Kamidi, melaksanakan kunjungan ke kebun aren milik Zulfikar yang berlokasi di Desa Ulak Segelung Kabupaten Ogan Ilir. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan diketahui bahwa umur tanaman tertua di kebun adalah umur 6 tahun dan beberapa tanaman telah mengeluarkan tandan. Dari hasil wawancara dengan zulfikar diketahui bahwa benih yang ditanam bersumber dari produsen benih di Bogor tanpa diketahui dengan pasti varietas yang dikembangkan. Jika memperhatikan karakter tanaman, jenis aren yang dikembangkan adalah aren genjah dengan umur berproduksi pada tahun ke tujuh sementara jenis aren dalam berproduksi pada umur 10 tahun.

Kepala Bidang Produksi Ir. Benyamin, M.Si memberikan apresisasi kepada pekebun aren Zulfikar yang telah memberikan inovasi dalam pengembangan komoditi perkebunan terlebih lagi dengan merosotnya harga komoditas perkebunan utama pada saat ini. Disamping itu
masih terbukanya peluang pasar gula aren dan pengebangan produk nira aren menjadi bioetanol membuat agribisnis aren sangat potensial untuk dikembangkan. Dan diharapkan impian Zulfikar menjadi Milayarder dari agribisnis aren ini segera terwujud dengan tetap memperhatikan aspek teknis produksi, pasca panen dan standarisasi mutu.

Jika melansir Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan yang diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tahun 2011. Asumsi produksi dan harga yang  dikemukan Zulfikar tidaklah berlebihan (underestimate). Hasil pengamatan terhadap 10 pohon aren genjah yang dilaksanakan Puslitbangbun di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur menunjukan bahwa rata-rata produktivitas nira per mayang adalah 12 -15 liter/ hari jumlah hari sadap satu mayang adalah 87 hari dengan jumlah mayang per pohon rata rata sebanyalk 7 tandan. Disamping itu mengacu kepada deskripsi varietas aren yang telah di lepas, potensi produksi aren sebagaimana deskripai varietas pada gambar dibawah