Kopi Arabika Kawasan Semendo

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi sentra produksi kopi nasional dengan total luas areal kopi tercatat pada tahun 2020 adalah seluas 250.305 hektar yang tersebar dibeberapa kabupaten dataran tinggi Sumatera Selatan meliputi OKU Selatan, Empat Lawang, Muara Enim, Lahat dan Kota Pagar Alam. Areal kopi Sumatera Selatan umumnya adalah jenis kopi robusta dan terdapat pengembangan baru kopi arabika dibeberapa dataran tinggi.  Salah satu kabupaten yang telah mengembangkan kopi arabika adalah Kabupaten Muara Enim meliputi wilayah Kecamatan Semende Darat Tengah, dan Semende Darat Ulu yakni dikawasan Datar Lebar, Tanjung Tiga, Segamit dan Rantau Dadap yang berada pada level ketinggian 1.200 – 1.500 meter dari permukaan Laut.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Ir. Agus Darwa M.Si melaksanakan kunjungan kerja ke kawasan kopi arabika Semende dalam rangka pembinaan kepada kelompok tani kopi arabika sekaligus observasi langsung kepada petani kopi meliputi aspek tantangan dan kendala petani kopi di kawasan Semende.  Disampaikan kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan bahwa nilai ekonomis kopi disamping ditentukan aspek budidaya tanaman yang baik, aspek pasca panen sangat menentukan mutu kopi yang diproduksi karena mempengaruhi  cita rasa kopi yang di produksi.  Oleh karenanya petani kopi harus mendapat pembinaan tentang bagiamana melaksanakan SOP pasca panen sesuai standar mutu atau penerapan prinsip Good Manufacturing Process sehingga nantinya kopi yang diproduksi mendapat respon positif dari pasar.

Beberapa ketua kelompok tani kopi arabika dikawasan dataran tinggi Semendo  Darat Ulu adalah Tengku Afifudin, Yusuf dan Suratin. Saat ini mereka telah berjuang bagaimana menghasilkan kopi arabika dengan cita rasa speciality.  Kelompok tani telah melaksanakan pasca panen kopi secara berkelompok dengan penjemuran menggunakan Solar Dryer dan anggota kelompok panen selektif petik merah yang dibayar kelompok tani dengan harga Rp 6.000 per kilogram kopi biji basah dan untuk menghasilkan satu kilogram biji kopi kering dengan kadar air 12 % memerlukan 7 kilogram biji basah.

Memperhatikan hasil uji cita rasi kopi yang dilakukan di kelompok tani ini, hasil cupping test berada pada kisaran scor 84-86 dengan kategori speciality dan exelent dan saat ini kelompok tani telah berhasil menjual kopi arabika kebeberapa cafe di jakarta dan ekspor melalui eksportir di Medan dengan harga kopi biji kering pada kisaran Rp 80.000 – 120.000 per kilogram biji kering.

Petani dikawasan ini masih memerlukan beberapa dukungan pemerintah meliputi prasarana dan sarana untuk mendukung pasca panen dan penyediaan bahan tanam unggul untuk peremajaan tanaman ataupun rehabilitasi tanaman tua.